Dalam sejarah, inflasi telah berumur berabad-abad. Yang menarik salah satu faktor penyebab inflasi adalah pengalihan dari uang komoditas (emas dan perak) kepada uang fiat atau kertas. Di Amerika Serikat indek CPI (indeks harga seluruh barang dan jasa bagi konsumen tertentu) relatif stabil hingga pendirian the Fed tahun 1913, penghapusan sistem Gold Standard tahun 1933 dan pemutusan sistem Bretton Woods secara sepihak oleh AS tahun 1976. Sistem Bretton Woods adalah sistem dimana nilai dollar AS dikaitkan dengan nilai emas pada kurs tertentu.
Pada kurun waktu yang lebih awal lagi, di masa Romawi kuno, pada zaman kekaisaran Nero dan setelahnya, logam
mulia yang bernama denarius terus menerus mengalami penurunan nilai, dari
tadinya perak murni hingga hanya berkadar perak 2% saja.
Jenghis Khan, mencetak uang kertas, yang hanya dia dan pejabat tingginya
saja yang berwenang mencetaknya, tetapi melalui beberapa periode, ekonomi
mengalami penurunan dan pada akhirnya kekaisarannya terpecah belah. Akhirnya di
Asia uang kertas di tinggalkan dan diperkenalkan kembali di Eropa, sekitar 350
tahun kemudian.
Pencetakan uang dibutuhkan untuk mendanai perang dalam skala besar. Hal
ini tidak bisa dilakukan dalam sistem uang berbasis komoditas (seperti emas dan
perak), dimana hanya dapat dicetak dalam jumlah terbatas saja.
Hiperinflasi mendahului kebangkitan Mao di Cina dan gerakan Sosialis
Nasional di Jerman. Devaluasi mata uang yang dahsyat diasosiasikan dengan
situasi sebelum dan sesudah kejatuhan Uni Soviet dan Yugoslavia. Berulangkali,
penderitaan masal akibat perampokan kesejahteraan melalui pelumeran nilai dari
uang. Proses ini mentransfer kesejahteraan dari pemegang uang kepada kekuatan
yang mencetaknya.
Harga barang perlahan bergerak di
awal peredaran resmi dari mata uang ini yang melebihi stok barang. Mereka yang
tidak terlibat dalam ini, hanya dapat menghadapi biaya hidup yang
makin tinggi dengan penghasilan yang relatif tetap. Kerusuhan dan kejahatan
massal dengan alasan pelampiasan rasa kecewa akibat beban hidup yang makin
menghimpit. Pihak berwenang kemudian memberlakukan hukum untuk menekan prilaku
ini, seperti kontrol terhadap upah dan harga. Salah satu contoh terkenal adalah
kode Hammurabi di masa Babylonia kuno. Dalam setiap kasus sepanjang sejarah,
dekrit ini berlaku dengan kedok keadilan, tetapi pada kenyataannya mereka hanya
menyembunyikan dan mempertahankan beban parasit dari hak istimewa segelintir kelompok masyarakat.
Ada pola moneter yang paralel
dengan kebangkitan Republik dan
kejatuhan Kerajaan. Awalnya, uang merupakan komoditas fisik. Pencetakan uang komoditas ini
kemudian terkonsentrasi pada orang atau lembaga yang menerbitkan
sertifikat pengganti uang komoditas ini. Alasan dari kebijakan ini adalah agar
mereka dapat meminjamkan uang lebih banyak dari apa yang dijaminkan. Dalam
istilah modern, ini mengacu pada fractional reserve banking. Kebijakan ini
memberi izin pada bank untuk meminjamkan uang secara berlipat ganda dibanding
uang yang mereka punya sebenarnya. Ini dapat memberi mereka pemasukan yang amat
besar dengan sistem bunga berbunga. Kadang-kadang, ini mengarah pada kepanikan
publik ketika terjadi rush dari uang sertifikat (atau uang kertas pada masa
kini) diganti dengan komoditas (emas dan perak misalnya) ketika mereka sadar,
skema ini pada dasarnya adalah sebentuk kecurangan dan penipuan.
Kita hidup di tengah-tengah versi modern dari modus ini. Dalam proses
yang lama dan terus menerus, kita sekarang
menganggap uang kertas tidak sebagai sertifikat pengganti uang, tetapi
sebagai uang itu sendiri. Bank meminjamkan uang dalam jumlah besar berbasis cadangan
uang kertas. Bank sentral siap berdiri di belakang untuk mencetak sejumlah
besar uang baru yang diperlukan untuk menghindari kepanikan publik.
Hal ini
hanya akan berakhir dengan penurunan nilai mata uang secara sempurna . Pada
abad 20, banyak mata uang yang telah mengalami nasib ini, diantaranya :
Mata Uang
|
Tahun
|
Krone
Austria
|
1923
|
Ruble
Rusia
|
1922
|
Mark
Jerman
|
1923
|
Marka
Polandia
|
1923
|
Krone
Austria
|
1923
|
Korona
Hungaria
|
1926
|
Real
Brazil
|
1942
|
Drachma
Yunani
|
1944
|
Pengo
Hungaria
|
1946
|
Leu
Rumania
|
1947
|
Yuan Cina
|
1948
|
Yuan
Taiwan
|
1949
|
Renminbi
Cina
|
1955
|
Cruzeiro
Brazil
|
1967
|
Escudo
Chili
|
1973
|
Peso
Argentina
|
1983
|
Shekel
Israel
|
1984
|
Peso Bolivianos
Bolivia
|
1984
|
Soles de Oro
Peru
|
1984
|
Cruzeiro Novo
Brazil
|
1986
|
Cruzado
Brazil
|
1989
|
Cordoba
Nikaragua
|
1990
|
Inti Peru
|
1990
|
Dinar
Yugoslavia
|
1990
|
Kwanza
Angola
|
1995
|
Australes
Argentina
|
1992
|
Ruble
Rusia
|
1992
|
Zloty
Polandia
|
1993
|
Dinar
Yugoslavia
|
1993
|
Zaires
Zaire
|
1993
|
Dinar
Bosnia dan Herzegovina
|
1993
|
Cruzado Novo
Brazil
|
1993
|
Kupon
Georgoa
|
1993
|
Dinar
Yugoslavia
|
1994
|
Ruble
Belarusia
|
1994
|
Karbovanet
Ukraina
|
1995
|
Lev
Bulgaria
|
1997
|
Zaires
Zaire
|
1998
|
Hiperinflasi
bukanlah sebuah peristiwa ganjil yang tanpa sebab. Ini adalah langkah terakhir bank sentral untuk melakukan pencetakan uang.
No comments:
Post a Comment