www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, April 17, 2020

Ekonom Patok PDB Indonesia kuartal I di bawah Prediksi Pemerintah & BI


Ekonom patok PDB Indonesia kuartal I di bawah prediksi pemerintah dan BIIlustrasi: Wajah Ibu Kota Jakarta sebagai sentral ekonomi Indonesia. (Dandy Koswaraputra - Anadolu Agency)


Menjelang pengumuman data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama Indonesia awal Mei mendatang, sejumlah ekonom memprediksi pertumbuhan akan berada di bawah 4 persen sebagai dampak pandemik Covid-19.

Alasannya, menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, menurunnya pertumbuhan tersebut akibat melambatnya aktivitas ekonomi, khususnya di Jakarta yang menyumbang 17 persen terhadap PDB nasional.

“Tapi kita belum ada kalkulasi resmi proyeksinya, tapi yang jelas arahnya pasti turun,” ujar Tauhid kepada Anadolu Agency, Kamis.

Dia mengatakan perlambatan pertumbuhan di kuartal pertama masih landai karena aktivitas ekonomi di dalam negeri masih normal, khususnya hingga Februari.

Ekonomi mulai terhantam penyebaran virus korona pada awal Maret setelah pemerintah mengumumkan pertama kali adanya pasien positif Covid-19 pada 2 Maret lalu, ujar Tauhid.

“Aktivitas industri di wilayah lain pada kuartal pertama hingga Maret masih normal seperti di Jawa barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kecuali aktivitas perhotelan, restoran, dan transportasi yang sudah terasa dampaknya,” kata Tauhid.

Tauhid mengatakan pada triwulan pertama beberapa industri mulai terhantam oleh terhambatnya pasokan bahan baku dari impor, begitu pun dengan industri baja yang aktivitas produksinya berkurang.

“Dari sisi pengeluaran, investasi turun drastis, begitu pun dengan konsumsi rumah tangga,” ujar dia.

Tauhid mengatakan konsumsi rumah tangga pada tiga bulan pertama akan turun di bawah 5 persen, sementara secara rata-rata konsumsi rumah tangga mampu tumbuh di atas angka tersebut.

Penurunan konsumsi rumah tangga juga menjadi indikator melemahnya pertumbuhan ekonomi, karena memiliki kontribusi 58 persen terhadap PDB.

“Jadi wajar kalau pemerintah memperkirakan seluruh tahun pertumbuhan ekonomi hanya 2,3 persen, sementara kami perkirakan hanya 1,4 persen,” lanjut Tauhid.

Kemudian, walaupun neraca perdagangan triwulan pertama mengalami surplus sebesar USD2,62 miliar, namun secara kualitas sangat berkurang karena aktivitas impor melambat, terlebih lagi untuk impor bahan baku dan barang modal yang dipakai untuk produksi di dalam negeri.

Daya beli menurun

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama akan berada di kisaran 4 hingga 4,5 persen karena secara umum indikator ekonomi dari sisi konsumen mulai terlihat tren yang menurut.

Salah satu indikatornya adalah penurunan penjualan eceran pada Februari berdasarkan survei penjualan eceran dengan indeks penjualan riil (IPR) yang turun 0,8 persen (yoy), lebih dalam dari penurunan pada Januari yang sebesar 0,3 persen (yoy).

Indikator perlambatan lainnya, kata Josua, adalah hasil survei kegiatan dunia usaha yang mengindikasikan penurunan pada kuartal pertama 2020 yang tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar -5,56 persen, turun dibandingkan nilai 7,79 persen pada triwulan keempat 2019.

Kemudian, kata dia, kinerja sektor industri pengolahan yang terlihat dalam Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia juga sudah masuk fase kontraksi, dengan indeks 45,64 persen, turun dari 51,5 persen pada triwulan keempat 2019 dan 52,65 persen pada triwulan I 2019.

“Selain itu, penjualan otomotif juga turun secara keseluruhan pada triwulan I sebesar 15 persen dibandingkan triwulan I tahun lalu,” kata Josua.

Sementara itu, tambah dia, pada penghujung kuartal pertama atau pada medio Maret pemerintah mulai menerapkan social distancing untuk menekan penyebaran Covid-19 sehingga pekerja informal juga sudah mulai merasakan efek penyebaran virus tersebut pada perekonomian, khususnya pada pendapatan mereka.

“Tapi dampak signifikan baru akan terasa di kuartal kedua, karena social distancing baru terjadi pada pertengahan Maret,” tambah dia.

Josua menambahkan sektor ekonomi yang terkena dampak penyebaran Covid-19 terlebih dahulu adalah pada industri perhotelan, restoran, dan penerbangan.

“Penjualan semen juga turun yang menunjukkan baik investasi bangunan dan non-bangunan melambat di kuartal pertama,” urai Josua.

Josua mengatakan sedikit pendorong pada pertumbuhan ekonomi kuartal pertama berasal dari surplusnya neraca perdagangan, walaupun berimplikasi negatif terhadap investasi akibat lesunya impor bahan baku dan barang modal.

Dia menambahkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar sudah mulai terlihat dampaknya pada perekonomian dengan meningkatnya angka PHK dan karyawan yang dirumahkan, sehingga menekan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Tren pertumbuhan melambat sejak awal 2019

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 3,6 persen.

Dia mengatakan tren pertumbuhan ekonomi memang terus melambat sejak kuartal kedua 2019, sehingga tanpa wabah Covid-19 pun pada kuartal pertama pertumbuhan akan melambat lebih rendah dari kuartal keempat 2019 yang sebesar 4,9 persen.

“Konsumsi rumah tangga juga sudah tertekan dari sebelum ada Covid-19 sehingga pertumbuhan akan turun lebih dalam,” ujar Faisal.

Dia juga mengatakan perlambatan ekonomi akan terjadi lebih dalam pada kuartal II hingga minus 2 persen dan kemungkinan membaik di kuartal III dengan tumbuh positif, sehingga potensi resesi masih sangat tipis.

“Tapi perbaikan tersebut tergantung pada upaya pemerintah dan respons masyarakat dalam penanganan virus ini, karena ketidakpastian masih sangat tinggi,” jelas dia.

Pemerintah masih optimis pertumbuhan kuartal pertama di atas 4 persen, kata Faisal.

Prediksi pemerintah dan BI

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pada kuartal I hingga minggu kedua atau 10 hari pertama bulan Maret, ekonomi Indonesia masih tumbuh 4,9 persen.

“Kalau di kuartal pertama masih ada 20 hari terakhir bulan Maret, mengalami penurunan dan kemungkinan pertumbuhan masih bisa di atas 4,5-4,9 persen,” ujar Menteri Sri Mulyani baru-baru ini.

Dia mengatakan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh, meskipun ekonomi beberapa negara seperti China sudah mengalami pertumbuhan yang negatif.

“Kita akan sangat hati-hati di kuartal II karena prediksi penyebaran virus korona di semua negara seperti China, Korea Selatan, Jepang, Italia, AS, dan Inggris sehingga kita tidak underestimate dampaknya signifikan pada tekanan di kuartal pertama,” ungkap Menteri Sri Mulyani.

Menteri Sri Mulyani memperkirakan pada kuartal II nanti pertumbuhan ekonomi bisa turun menjadi 0,3 persen atau bahkan bisa tumbuh negatif 2,6 persen.

Dia mengatakan untuk triwulan ketiga akan ada perbaikan pertumbuhan ekonomi menjadi 1,5 persen dan 2,8 persen di triwulan keempat.

Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama akan mulai berada di bawah 5 persen dengan pertumbuhan ekonomi 4,7 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perlambatan ekonomi lebih dalam akan terjadi di kuartal kedua dengan pertumbuhan 1,1 persen,

Perlambatan kemudian disusul pada kuartal ketiga sebesar 1,3 persen, dan pada triwulan keempat menjadi 2,4 persen, kata Perry.

Sehingga, tambah dia, membuat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun menjadi 2,3 persen sesuai dengan skenario berat dari pemerintah.

Sumber : Anadolu Agency

No comments: