www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, April 6, 2020

United States : Between Value & Depression

Dalam dunia medis depresi mengacu pada gangguan mental yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya minat (mood) untuk beraktivitas secara berkelanjutan. 

Namun dalam ekonomi depresi berarti aktvitas bisnis atau ekonomi  yang memburuk dalam jangka panjang (berkelanjutan)  dalam satu sektor atau lebih. Depresi adalah next level dari resesi. 

Depresi ini yang sedang membayang-bayagi Amerika (termasuk pula Indonesia).Triliunan dollar yang diguyur oleh Donald Trump untuk memberi stimulus ekonomi Amerika ibarat obat dengan efek samping di masa depan.

Mengguyur mata uang (fiat money)  tanpa diimbangi dengan produksi barang dan jasa yang memadai,  akan menggerus value (nilai)  dari mata uang itu sendiri dalam jangka panjang. 

Kita tahu bahwa Amerika dengan privilege (hak istimewa ) Dollar sebagai mata uang utama dunia, membuat nilainya (secara umum)  relatif lebih tinggi dibanding mata uang negara lain. Sehingga dengan Dollar barang dan jasa di dunia ini menjadi "murah".

Tentu dengan kondisi ini, menggoda warga bahkan pemerintah Amerika untuk memilih membeli produk luar dibanding menghasilkan sendiri (produksi) di dalam negeri. 

Akibatnya Amerika terjebak defisit perdagangan dengan negara lain. Artinya impornya jauh lebih besar daripada ekspor. Dan mudah ditebak, defisit perdagangan tertinggi, justru dengan "musuh"nya yaitu Cina. 

Maka dengan adanya wabah,  potensi depresi Amerika jauh lebih besar. Dalam situasi saat ini, ketika pergerakan orang dan barang dari suatu negara ke negara lain mengalami hambatan, maka impor tentu melambat. Karena sudah terbiasa impor, kemampuan produksi dalam negeri Amerika tidak optimal walaupun sudah diguyur triliunan Dollar. 

Maka hikmah dari pandemi ini adalah perlunya mengkaji ulang penegertian value (nilai) yang utama bukanlah uang tetapi kemampuan sumber daya manusia untuk melakukan produksi. 



No comments: